Bicara Tentang Relawan ~

Sebelum memulai cerita, saya ingin sedikit memberi kisi-kisi pandangan saya mengenai seorang Relawan. Tak dibayar tapi mereka sangat bernilai. Kalimat tersebut dilontarkan oleh Pak Anies Baswedan, salah satu tokoh besar yang menginisiasi beberapa program untuk kemajuan penerus generasi pendidikan bangsa ini. Bagi saya relawan pun dibayar. Mereka dibayar dengan kebahagiaan. Kebahagiaan saat membuat orang lain bahagia dan alasannya adalah kita. Mereka dibayar dengan kepuasan. Puas atas usaha yang sudah semaksimal mungkin dilakukan entah bagaimana hasilnya.

Bicara tentang relawan. Seperti sebuah pencarian jati diri, dan tidak semua orang bisa mencarinya sendiri. Butuh tangan-tangan ikhlas, kaki-kaki ringan yang tidak hanya berjumlah duapuluh. Mereka harus bisa mengangkat pun kuat untuk menopang. Masih berbicara mengenai relawan. Satu hal menarik diantaranya, mereka yang kusebut relawan terlihat sama seperti manusia pada umumnya. Bukankah itu menarik? Tidak, kurasa itu aneh.

Saya pikir akan ada pembeda antara mereka yang menjalani hidup lurus-lurus saja dengan mereka yang lebih senang mencari jalanan berbelok saat ingin menuju tempat tujuan. Tapi nyatanya semua terlihat sama. Sama-sama sampai ke tempat yang dituju dengan kata “selamat”. Apa kamu satu pemahaman dengan kalimat-kalimat saya itu? Saya harap tidak. Pendek sekali jika yang terpikir hanya perihal setipis itu. Tidak semua hal didunia ini bisa kita lihat hanya dengan menggunakan kedua mata hitam putih ini. Coba gunakan indra lain yang kita punya. Sentuh keikhlasan yang mereka berikan. Rasakan kesabaran yang mereka pancarkan.

Namanya Relawan. Datang jauh dari kota Borneo Kalimantan. Kendaraan yang beliau pakai untuk terbang, pas sesuai yang sudah dijadwalkan. Sampai di tempat tujuan hanya ada segelintir orang yang baru datang. Hari memang masih pagi, tapi baginya sudah sangat siang. Pengusaha yang ketat akan komitmen waktu. Penampilannya begitu anggun. Tangan ramahnya mengisyarakatkan kebahagiaan. Kedewasaannya membuat kami teramat nyaman. Satu dan dua kata hangat yang beliau berikan tidak pernah kami lewatkan. Bunda, panggilan kami darinya. Bersama suami tercinta beliau keluar dari zona nyaman di Kabupaten Bontang Kalimantan Timur. Romantis sekali bukan. Kami anak-anak muda yang masih sendiri disuguhkan dengan pemandangan seindah itu. Meski seorang cucu sudah ada, sama sekali tidak melunturkan kasih mereka. Mungkin ada, tapi kami yakin banyak kebahagiaan yang mereka miliki. Sehat-sehat terus Bunda dan Bapak.

Namanya Relawan. Kumis tipis dan brewoknya yang sudah tak asing lagi mengawali sambutan ringan saya. Keseharian bertemu orang-orang baru disalah satu kantor logistik Jakarta membuat candaannya begitu menyenangkan. Pundak tingginya yang tidak pernah enggan untuk menjadi salah satu penopang saat kami butuhkan, kapanpun dan kemana pun itu. Berbekal truck kecil dan boneka tangan yang baru saja ia siapkan, berhasil menyita perhatian anak-anak di kelas. Tepuk salut dan hebat. Tepuk motor dan mobil pun disikat habis. Berniat ingin mengakhiri masa lajang di tahun ini. Semoga dimudahkan segala pencariannya. Doa kami menyertai.

Namanya Relawan. Berangkat sore hari pulang pun masih sore. Berasa hanya mampir saja. Meski singgahnya singkat, tidak meruntuhkan niatnya untuk tetap berangkat. Bapak satu anak yang juga aktif berorganisasi serupa di kota Mojokerto ini begitu humble. Baru sekali bertemu berasa sudah mengenalnya lama. Celotehan ini dan itu sama sekali tidak membosankan. Obrolan sana dan sini yang amat menenangkan. Pantas saja banyak anak yang menyukainya. Rengekan beberapa anak dikelas selalu beliau turuti. Mungkin itu yang dinamakan naluri. Rompi dinas warna hijau dan topi kebanggan khas seorang Engineer itu, semoga dipertemukan lagi.

Namanya Relawan. Dewasa dan Menawan. Teman bermalam ini seperti seorang kakak ipar. Memberi yang tidak diminta. Membantu yang tidak diperlu. Seorang Ahli Gizi pada salah satu Rumah Sakit di Solo ini begitu tenang. Caranya menghadapi orang dewasa juga dengan anak-anak bisa mencuri konsentrasi. Perbincangan tengah malam yang selalu menghasilkan. Semoga segera dipertemukan dengan lelaki idaman yang mampu menjadi imam.

Namanya Relawan. Sholihah dan begitu berkawan. Hari-harinya dihabiskan dibalik layar salah satu stasiun radio di kota bersinar. Senyum manis yang hampir tidak pernah terlihat. Kini ia berikan untuk anak-anak disini. Saya yakin, sampai saat ini jarang atau bahkan belum pernah sedikitpun ia mengeluhkan hidup. Sebab yang saya lihat hanya kebahagiaan. Dan semoga saja memang begitu. Terus menebar senyuman. Meski hanya dibelakang dan tidak diketahui orang, setidaknya itu yang selalu dirindukan.

Namanya Relawan. Dekat dengan gaya bicara yang sangat mengikat. Bahasa jawa yang kental ia utarakan sukses menyita perhatian. Aneh memang, tapi kami menyukai caranya meringankan arah obrolan yang mungkin terasa berat. Tuntutan kerja yang mengharuskan untuk berbicara santai tapi hati-hati membuat orang-orang baru cepat beradaptasi. Beberapa pembicaraan kami semua yang kadang masih membingungkan bisa ia sentil dengan kalimat-kalimat jailnya. Satu hal pembelajaran yang saya ambil darinya. Ketika kita bekerja sesuai dengan passion pasti akan lebih menyenangkan. Bukan masalah seberapa banyak hasil yang diperoleh, tapi seberapa banyak kebahagiaan yang bisa kita rasakan.

Namanya Relawan. Senyum tipis nan manis. Aku jatuh hati dengan sebuah dedikasi. Jangankan harta, tenaga dan waktu pun ia beri. Totalitasnya dalam melakukan sebuah tanggungjawab pasti membuat orang lain ingin terus memberikan sebuah kepercayaan. Seorang lulusan IT yang juga hobi motret ini menyelesaikan banyak pekerjaan. Tangan dingin yang rela mengurangi waktu istirahatnya membuahkan banyak hasil yang tidak diragukan. Semoga dunia kerja terus memberikan kepercayaan untuknya.

Namanya Relawan. Rela menunggu meski belum ada kepastian. Rela menunggu meski hujan terus saja berdatangan. Seorang Guru kelas V yang saat ini menekuni dunia fotografi. Datang dari kota seberang bernama Wonogiri. Bahasa jawa yang sudah halus membuat obrolan kami dengan orang dewasa lebih ada. Semoga terus menjadi guru kebanggaan siswa-siswinya Pak Guru.

Sekali lagi, nama mereka relawan
Anggun, menawan, sangat berkawan
Aku juga ingin jadi relawan
Mau dan mampu merelakan
Meski terkadang lelah terus berdatangan
Namun tidak sedikitpun melunturkan keinginan
in frame : (dari kiri bawah)
Decky Widiatmoko
Claudia Syifa
Tina Martiawati
Istiqaroh Ambar Oktavitriani
Dwi Prasetiyo
Ardhi Aprianto
Nony Dias Frimana
Chairuna Hamida
Azizah Budi Rahayu
Amaretha Wahyu Saputra


Klaten, 5 Februari 2018

Komentar

Postingan populer dari blog ini

kekuatan batin :D

Antara Kepo dan Ta'aruf