Surat Cinta untuk Mereka

Klaten, 14 Maret 2018.

Untukmu,
Kartini beraroma Melati.
di Seluruh Indonesia.

Kartini,
Aku ingin menulis,
Mengisahkan satu dua kekagumanku untukmu.
Aku ingin melukis,
Menggambarkan warna warni betapa indahnya pengorbananmu.

Saya seorang wanita biasa yang masih labil dalam memposisikan diri. Termasuk dalam masalah manajemen hati, salah satunya adalah perasaan iri. Saya wanita non disabilitas yang jauh dari kata sempurna. Saya teramat iri denganmu, wanita disabilitas yang mempunyai segalanya.

yang kuat senyumannya.
yang teguh kelembutannya.
yang ringan langkah kursi rodanya.
yang melihat warna dunia dalam kegelapan.
yang mendengar indahnya kata lewat jari jemari.
Dan yang insyaAllah selalu dirindukan Surga-Nya.

Langkah berat saya mulai memberanikan untuk sekedar bertegur sapa. Gemetar bak seorang anak yang tersandung kasus kriminal. Deg-degan melebihi rasa cinta yang bergejolak dikalangan remaja saat ini. Tapi tidak seperti itu. Ini jantung bukan sedang takut atau jatuh hati. Bahkan kekhawatirannya melebihi sebuah ketakutan. Kegembiraannya melebihi sebuah perasaan jatuh hati. Saya akan berhadapan denganmu. Wanita yang berperan ganda dalam kehidupan. Saya khawatir akan berbicara yang nantinya bisa menyakiti hati kecilmu. Pun saya senang jika apa yang akan saya ucapkan bisa membuatmu bahagia. Dengan beberapa celotehan hangat yang susah payah saya siapkan dengan sangat hati-hati.

Seorang istri yang menggenggam lembut tangan suami. Menuntun menuju jalan panjang yang mungkin entah kau ketahui atau tidak. Mata yang tertutup begitu rapi mampu kau takhlukkan untuk terus berjalan dan beriringan. Saya menatap dengan penuh rasa iri. Saya berpikir, jika saya yang berada di posisi tersebut apa mungkin saya akan bisa bertahan? Apa saya sanggup? Saya rasa tidak semudah itu. Pasti akan lebih rumit.

Seorang ibu yang dengan tanggap menjaga putra-putri dalam segala kondisi. Dengan dan tanpa tongkat serbaguna. Dengan dan tanpa kursi roda penyangga. Begitu teduh menyikapi dunia yang fana ini. Bukan hanya tentang harga diri, tapi juga semua hal mengenai keikhlasan dan kesabaran.

Aku ingin seperti dirimu, meski disabilitas tidak kupunya. Aku ingin menjadi wanita sholehah dengan cara berbeda. Bersabar untuk segala cobaan. Ikhlas dalam berhadapan dengan keadaan. Berdiri diatas kekurangan diri sendiri. Berlari dengan kekuatan hati. Dan bertahan demi sebuah harapan. Seperti kata Rasulullah, “Dunia itu semuanya menyenangkan, dan sebaik-baik kesenangan dunia adalah wanita sholehah”. (H.R. Muslim). Saya harap wanita-wanita ini termasuk kamu berada didalamnya.

Untukmu, wanita disabilitas.
Meski tiada hari kau lewati tanpa cobaan,
Tetaplah berjalan dengan dan tanpa pujian.

Untukmu, wanita disabilitas.
Aku tak ingin kamu menjadi lemah hanya karena perasaan yang sering kusebut resah.
Biarkan saja orang lain memandangmu rendah, bagiku kamu tetap yang paling indah.

Untukmu, wanita disabilitas.
Jadikan dunia ini sepertimu,
Harum dan menawan melebihi melati.
Terus dan terus menginspirasi.
- Selamat Hari Kartini -
 Dariku,
 
 
Kartini Berdikari.



TULISAN ini saya buat sekitar 1 bulan yang lalu. Surat yang saya tujukan untuk wanita disabilitas yang sangat saya kagumi. Saya kirim guna mengikuti Lomba Menulis Surat Inspirasi Kartini 2018.
Hari berganti minggu, minggu berganti bulan. Saya sangat menantikan pengumuman pemenang lomba ini dan saya berharap menjadi salah satu bagian dari penulis-penulis yang diterima suratnya untuk dibukukan. Menjadi pesimis adalah salah satu dari sekian banyak reaksi yang akan dimunculkan oleh orang saat mengalami kegagalan. Hal itu saya rasakan ketika nama saya tidak ada dalam daftar surat pilihan dari panitia penyelenggara. Bandung yang saat ini menjadi kota yang sangat ingin saya kunjungi tetiba keinginan itu seakan terbawa arus angin. Sesuatu yang tadinya saya pikir bisa menjadi alasan untuk saya melakukan perjalanan ke kota hujan ini.
Ya, namanya juga hidup. Tidak bisa terus bercerita tentang apa yang kita inginkan saja. Meski terkadang "tidak terima" dengan situasi dan kondisi yang kita dapat saat ini, tapi tetap saja yang terjadi itulah yang harus kita jalani.

Intinya, tetap berpositif ria dengan-Nya. :)


Yogyakarta, 17 April 2018











Komentar

Postingan populer dari blog ini

kekuatan batin :D

Antara Kepo dan Ta'aruf