PELAYAN PENGHUNI RAHIM



  Ibu
Ibu sayang kepadaku
Ibu selalu membelikan mainan
Ibu itu cantik, seperti bidadari
Ibu itu baik, seperti ibu peri

Ibu sayang semuanya, ayah dan kakak
Ibu sangat pintar,
Ibu selalu membantuku mengerjakan PR

(Buku catatan Heri Supriyadi, kelas 3 SD Jatiroyo, 2002)

*****

Entah malaikat mana yang mengantarkan secarik buku ini ke hadapanku. Entah mimpi apa aku semalam hingga kudapatkan suatu hal yang membuatku tercengang. Ya, entah nyata atau mimpi, hingga aku menemukan secarik kertas di antara tengah buku anakku, anak keduaku yang membuatku kembali tersadar akan sisi baikku sebagai seorang wanita.
            Bukan, bukan! Aku bukan seorang wanita! Aku seorang durjana yang haus akan kegelapan. Aku Dasamuka! Lalu? Apakah aku seorang ibu? Tidak! Sebutan itu tak layak untukku! Aku wanita hiburan, aku tersesat.
            Berkali-kali aku tersadar, namun dunia jahatku terlalu banyak untuk kukalahkan. Bagaimana tidak? Durjanaku telah memaksaku meninggalkan suami dan kedua anakku sepuluh tahun yang lalu. Aku tak mampu, sungguh! Suamiku seorang pesakitan, entah sampai kapan ia akan bisa sembuh. Sedangkan mertuaku? Ah, mati saja mereka! Aku tak butuh mertua yang hanya memangku tangan menunggu uang menantu, meski dari hasil menjual kemolekan. Mereka tak peduli.
             Lalu, dimana mereka sekarang? Mertua, suami dan anakku? Oh, untung apa aku memikirkan mereka. Aku telah hidup di dunia berbeda. Duniaku telah sedikit memberi eksilir kehidupan, meski banyak pil pahit yang terpaksa aku telan. Apalagi bos besarku, yang membuat aku kerap mencengir meladeni setiap pelanggan.
            Tak ada pilihan lain bagiku. Jalanku terjal, tak berirama. Saat beberapa kali aku tertipu rayuan maut lelaki, saat aku terbuai kenikmatan sesaat yang berujung hujatan bos besar. Tamparan? Hinaan? Cambukan sekalipun telah aku rasakan beberapa kali, saat aku mencoba menolak perintah bos besar, atau saat pelangganku pergi seenaknya tiada bayaran. Bahkan sering aku bertekad untuk melepaskan diri dari dunia setan ini. Segala tipu daya pernah aku lakukan, dari anakku yang meriang, hingga suamiku yang meninggal. Aku terperangkap, hilang sudah duniaku dihadapan durjana.
            “Yanti!!” suara itu mengagetkanku sesaat disaat aku melamun. Bos besar datang, tak terelakkan lagi.
“Kasih servis yang istimewa, dia sudah membayar mahal!”
“Baik, Pak.”
Dengan blues mini aku menuju ruang karaoke. Ku lihat pemuda ABG kekar yang mabuk karena minumannya. Aku coba dekati, ia sudah bertelanjang dada. Ku sapa dia, lalu membalasnya.
“Dari mana, Mas?”
“Jatiroyo.” Ku perhatikan, nampak bundaran hitam di punggung bagian bawahnya.
“Aku kenal!” gumamku. Dia menoleh ke hadapanku.
“Heri…!!”
“Tante kenal saya?”
“Tuhan, selamatkanlah kami” batinku mengucap.


*****
BIODATA PENGARANG
Khoirul Imam adalah penulis muda yang baru menggeluti dunia pena sejak setahun belakangan ini. Penggila berat bulutangkis ini lahir di Kota Batik, 5 Maret 1994 yang berasal dari keluarga sederhana. Bakat menulisnya terlahir saat mengikuti kompetisi LMCR 2010 yang merupakan titik awal karirnya di dunia kepenulisan.
No. HP            : 085726858685
Email               : i_khoirul@rocketmail.com
Alamat            : Jalan Wiroto No. 117 Dadirejo Barat, Kec. Tirto, Kab. Pekalongan,

  Jawa Tengah 51151

Komentar

Postingan populer dari blog ini

kekuatan batin :D

Antara Kepo dan Ta'aruf